Cerita Dewasa Istriku Senang Melihat Persetubuhan Ku Dengan Wanita Lain |
Cerita Dewasa Istriku Senang Melihat Persetubuhan Ku Dengan Wanita Lain - Mia, 30 tahun adalah istri Hendri 38 tahun. Seorang ibu rumah tangga yang sangat dalam bergaul di lingkungan tempat tinggalnya. Hendri adalah seorang suami yang baik dan bertanggung jawab kepada keluarga.
Apapun kekurangan dalam rumah tangga maka ia selalu berusaha untuk mencukupinya. Bisa dibilang, rumah tangga yang harmonis dan rukun. Anak mereka satu-satunya mengambil tempat sekolah di kota lain. Aku kost di lingkungan yang sama dengan mereka.
Pada waktu 7 Agustus 2010, mereka beserta warga lingkungan tempat tinggal mengadakan malam hiburan berupa organ tunggal sampai subuh. Kebetulan waktu itu adalah hari Sabtu malam minggu. Tua muda, laki-laki perempuan,
Semua ikut bergembira. Semua turun berjoget mengikuti alunan lagu yang dibawakan oleh penyanyi. Mula-mula berjoget dengan pasangan masing-masing. Semua bergembira sambil tertawa lepas mengikuti irama musik.
Menjelang subuh pada lagu terakhir, Mia berjoget dengan seorang pria, sedangkan Hendri berjoget dengan Germen, seorang ibu rumah tangga yang tinggal satu tempat kost tapi berjarak beberapa pintu dari kamar mereka. Germen 31-an tahun adalah istri seorang karyawan swasta yang bekerja dengan shift, mempunyai 2 orang anak yang sudah cukup besar. Walau sudah berumur tapi penampilan Germen selalu tampak muda karena cara berpakaiannya yang seksi dan pandai bermake up. Sepintas Mia melirik pada Hendri yang sedang berjoget dengan Germen.
- Terlihat Hendri sedang tertawa dengan Germen sambil berjoget. Germen meliuk-liukkan pinggul bulatnya dengan bentuk pantat yang padat dan besar. Rok span ketat memperlihatkan pantat seksinya yang merangsang pada saat bergoyang. Lalu Mia kembali berjoget dan tertawa dengan pasangannya. Setelah acara usai, semua kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira walaupun capek.. Sesampai di rumah, setelah mandi air hangat, Mia dan Hendri segera ke tempat tidur.
“Bagaimana tadi, sayang?” tanya Hendri sambil memeluk Mia.
“Apanya?” tanya Mia kembali sambil menempatkan kepalanya di salah satu tangan Hendri.
“Tadi waktu kita di tempat pesta” jawab Hendri sambil mengecup bibir mungil Mia.
“Aku benar-benar gembira…” kata Mia tersenyum sambil tangannya mengusap-ngusap selangkangan Hendri.
“Harusnya lingkungan kita lebih sering melakukan acara seperti tadi ya. Jangan cuma setahun sekali…” kata Hendri.
Satu tangannya masuk ke balik kimono Mia. Buah dada Mia diremas-remas dengan lembut. Mia tidak mengenakan pakaian dalam di balik kimono itu.
“Hmmmmm.. Kenapa begitu?” tanya Mia sambil mencium pipi Hendri lalu mengecup bibirnya. Tangannya masuk ke balik celana Hendri. Menggenggam batang kejantanan Hendri yang mulai mengeras. Mengocok-ngocoknya dengan pelan.
“Ya… kita kan bisa bergembira dengan tetangga. Jarang sekali ngumpul bareng tetangga,” ujar Hendri sambil melepas tali kimono yang dikenakan Mia.
Sambil membaringkan kepalanya di samping dada Mia, dijilatnya salah satu puting buah dada Mia sambil tangannya yang lain meremas buah dada yang lain.
“Oooohh sayaang…” desah Mia pelan sambil memejamkan matanya. Tangannya meremas dengan erat batang kejantanan Hendri.
Sambil tetap menciumi dan menjilati buah dada Mia, tangan Hendri yang tadinya meremas buah dada, turun ke perut lalu disusupkan ke selangkangan Mia. Setelah jari-jarinya menyentuh bulu kemaluan Mia yang tipis, diusap dan diremasnya gundukan di selangkangan itu.
Mia terpejam sambil mendesah pelan. Jari-jari tangan Hendri lalu menyusuri belahan di selangkangan itu dan menyelusup ke dalamnya. Jari tengahnya menggesek-gesek dinding bagian dalam Meki Mia pelan. Lalu jari jempolnya menggesek-gesek itil Mia.
“Ooooooooooohhh sayaaaaaang…” desahan Mia mulai mengeras sambil menggerakkan pinggulnya.
Jari jempol Hendri terus menggosok-gosok itil Mia dan jari tengahnya terus menggesek-gesek dinding dalam bagian atas Meki Mia sampai cairan Meki Mia keluar membasahi jari tengah Hendri.
“Ooooooohhh…” desah Mia sambil satu tangannya memegang tangan Hendri yang sedang bermain di Mekinya.
“Enak, sayang?” tanya Hendri lalu melumat bibir Mia.
Lalu jari tengah Hendri dikocok-kocokkan di Meki Mia. Tanpa menjawab pertanyaan Hendri, Mia membalas ciuman Hendri dengan hebat sambil menjepitkan pahanya dan menggoyangkan pinggulnya menahan kenikmatan ketika jari tangan Hendri keluar masuk lubang Mekinya.
“Buka pakaiannya dong, sayang,” bisik Mia ke telinga Hendri.
Hendri bangkit dan melepas seluruh pakaiannya. Penis Hendri terlihat sudah berdiri dengan kerasnya. Batang Penis yang ditumbuhi bulu-bulu pendek. Urat-uratnya melingkari batang Penis dengan kepala yang membulat merah mengkilat. Melihat itu,
Mia segera bangkit dan duduk di tepi ranjang. Digenggamnya Penis Hendri, Lebih kurang dua genggaman tangannya. Lalu dikocok-kocok perlahan. Cairan bening terlihat keluar dari lubang kepala Penis Hendri. Ujung lidah Mia menjilati cairan tersebut. Lidahnya menyusuri belahan bulatan kepala Penis Hendri yang memerah mengkilat.
“Ooooooohhhh sayaang…” desah Hendri sambil meremas rambut Mia. Sambil melirik ke arah Hendri lalu mulut Mia mengulum batang Penis Hendri yang besar dan berurat-urat itu.
Clok… Clok… Clok… Terdengar suara kuluman mulut Mia pada Penis Hendri.
“Oooooooohh… Enak sayaaaang… Ooooooooohhhh…” desah Hendri sambil memegang kepala Mia lalu memompa pelan Penisnya di mulut Mia.
“Gantian, sayang…” bisik Mia sambil melepas kulumannya menatap Hendri.
Hendri tersenyum. Dibaringkannya tubuh Mia. Setelah meletakkan bantal sebagai alas kepala agar Mia dapat melihat Hendri menjilat dan mengemut Mekinya, lalu Hendri juga berbaring dengan mengangkat kedua kaki Mia yang dikangkangkannya lebar-lebar. Mia mendesah panjang saat lidah Hendri dengan lincahnya bermain dan menjilati kelentit Meki Mia.
“Oooooooooohh sayaaaaaaang.., Terusssss…” desah Mia.
Terbaru - Apalagi ketika jari Hendri masuk ke lubang Mekinya sambil lidahnya tak henti menjilati kelentit Mia. Gerakan pinggul Mia makin keras mengikuti rasa nikmatnya. Tak lama kemudian tangan Mia dengan keras meremas rambut Hendri dan mendesakkan kepala Hendri ke Mekinya. Lalu..
“Oooooooohhh… Enak, sayaaaaaaang.., Sssssssssshh…” jerit kecil Mia terdengar ketika Mia mencapai puncak kenikmatan.
Hendri segera menghentikan jilatannya lalu naik ke atas tubuh istrinya itu. Walau mulutnya masih basah oleh cairan Meki Mia, Hendri langsung melumat bibir Mia. Miapun langsung membalas ciuman Hendri dengan hebat. Sambil tetap berciuman, tangan Mia membimbing Penis Hendri masuk ke dalam belahan Mekinya. Bless… Bless… Bless… Penis Hendri dengan cepat langsung keluar masuk Meki Mia.
“Meki kamu legit, saying… Enak…” bisik Hendri sambil sedikit membungkuk ke tubuh Mia. Dengan berjongkok dan kedua kakinya mengangkang mengapit kedua kaki Mia yang melingkari pahanya, kedua tangannya mengalasi kepala Mia. Dengan sedikit mengangkat kepala Mia agar ia dapat melihat batang Penis Hendri yang keluar masuk Mekinya dengan pelan.
Mia tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya. Pantatnya diangkat-angkat mengikuti irama goyangan pantat Hendri yang maju mundur.
“Memang kenapa?” tanya Mia.
“Aku gak pernah bosan menyetubuhi kamu…” bisik Hendri sambil terus memompa Penisnya.
Mia tersenyum.
“Kalau wanita lain rasanya bagaimana?” tanya Mia lagi.
“Aku gak pernah bersetubuh dengan wanita lain kok” jawab Hendri.
Mia tersenyum lalu merangkulkan kedua tangannya ke pundak Hendri sambil tetap menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Penis Hendri. Kedua kakinya diangkat menjepit pinggang Hendri.
“Aku mau tanya, sayang…” kata Mia.
“Apa?” tanya Hendri.
“Tubuh Mbak Germen, tetangga kita itu, bagus tidak?” tanya Mia lagi.
“Ah pertanyaan kamu ada-ada saja…” kata Hendri tak menghiraukan sambil terus memaju mundurkan pantatnya dengan cepat. Nafasnya memburu.
“Aku serius, sayang… Jawab jujurlah. Tidak apa-apa kok…” kata Mia.
“Tadi kamu lihat belahan buah dadanya gak?” tanya Mia lagi.
Hendri mengangguk. Pantatnya dengan cepat naik-turun dan batang Penisnya dengan cepat juga keluar masuk Meki Mia. Semakin basah. Batang Penisnya dilumuri lender keputih-putihan banyak sekali.
Mia tersenyum sambil terus menggoyangkan pinggul, matanya terus melihat batang Penis Hendri keluar masuk mengocok Mekinya. Lalu kedua tangannya menngapit dan menekan pantat Hendri agar tertancap lebih dalam di Mekinya.
“Jujur aja. Iya, tubuhnya bagus. Tadi aku sempat lihat belahan buah dadanya”.
“Marah?” tanya Hendri kemudian lalu menghentikan gerakannya.
Mia tersenyum lagi. Kedua tangannya terus menekan pantat Hendri agar batang Penisnya masuk lebih dalam sambil ia tetap menggoyang-goyang pinggulnya.
“Jangan berhenti dong, sayang… Goyang terusss… Mmmmmhh…” kata Mia.
“Aku gak marah kok. Justru aku suka mendengarnya… ” kata Mia lagi.
“Kenapa suka?” tanya Hendri heran.
“Tadi waktu aku lihat kamu berjoget dengan Mbak Germen, gak tahu kenapa ada perasaan aneh…” kata Mia.
“Tiba-tiba aku membayangkan kamu bersetubuh dengan Mbak Germen…” lanjut Mia lagi
“Lho kenapa begitu?” tanya Hendri.
“Gak tahu…” kata Mia.
“Kamu cemburu?” tanya Hendri.
“Gak sama sekali. Justru sebaliknya, aku pengen banget liat kamu bersetubuh dengan Mbak Germen…” kata Mia.
“Kamu lagi horny kali tadi ya…?” tanya Hendri tanpa menghentikan gerakan Penisnya. Sambil tersenyum diliriknya Mia. Lalu dengan menunduk, dikecupnya bibir Mia pelan.
Mia kembali tersenyum. Setelah beberapa lama memompa Penisnya, Hendri mengejang, gerakannya bertambah cepat.
“Aku mau keluar, sayaaaaang… Ooooooohh…” bisik Hendri.
“Tahan sebentar, sayang.. Aku juga mau keluar…” bisik Mia sambil mempercepat gerakan pinggulnya. Diangkat-angkatnya pinggul dan ditekannya pantat Hendri lebih dalam.
Tak lama tubuhnya mengejang, tangannya kuat memeluk tubuh Hendri.
“Aaaaaaaaaaahhhhhhh… Aku keluar, sayaaaaaang…” jerit Mia dengan keras.
“Oooooooohh… Nikmat banget sayaaaaaang… Oooooooooohh…” jerit kecil Mia ketika mencapai orgasme.Selang beberapa detik, Hendri juga semakin mempercepat gerakannya. Sampai akhirnya.
Crott… Crott… Crott… Air mani Hendri menyembur dengan kencang di dalam Meki Mia.
“Aaaaaaaaarrghhhh… Sayaaaaaang…” Hendri mendesakkan Penisnya dalam-dalam ke Meki Mia.
Tubuh kedua mereka lemas saling berpelukan sementara Penis Hendri masih berada di dalam Meki Mia.
“Mau gak kalau aku minta kamu maen dengan Mbak Germen? Aku serius…” kata Mia sambil memeluk pundak Hendri.
“Kenapa sih kamu mau yang aneh-aneh begitu?” tanya Hendri.
“Aku gak tahu, sayang. Yang jelas ada perasaan horny aja waktu membayangkan kamu bermesraan dengan Mbak Germen…” jawab Mia.
“Mau kan, sayang?” tanya Mia memaksa.
“Kalaupun aku mau, bagaimana caranya, sayang…?” kata Hendri sambil mengecup bibir istrinya.
“Nanti aku yang atur…” kata Mia sambil tersenyum.
Hendri juga tersenyum sambil mencabut Penisnya dari Meki Mia, lalu bangkit dan menarik tangan Mia. Setelah bersih-bersih di kamar mandi, merekapun kemudian tidur.
Banyak cara yang dilakukan Mia agar Germen bisa dekat dan akrab dengannya dan Hendri. Hal itu membuahkan hasil. Germen sekarang mulai sering bertandang ke rumah mereka walaupun sekedar ngobrol. Sampai suatu malam Mia mengundang Germen datang ke rumahnya.
Germen datang dengan gaun terusan selutut dengan motif bunga-bunga berwarna merah muda. Belahan buah dadanya yang putih bersih terlihat jelas di sela lekukan krah yang turun sampai ke dadanya. Ia terlihat sangat cantik dan elegan. Kakinya yang putih mulus terpampang dengan indah. Rambut tergerai panjang.
Sambil tiduran di karpet ruang tengah, Mia dan Germen berbincang-bincang tentang arisan lingkungan. Mereka terlihat akrab. Cemilan dan minuman turut dihidangkan Mia. Hendri ikut duduk di karpet bersandar ke sofa, di samping Mia.
Sesekali matanya melirik ke arah kaki Germen yang ditekuk. Germen yang tiduran dengan gaun terusan itu, membuat gaunnya tertarik ke bawah dan pahanya yang padat, putih dan mulus mengundang mata Hendri untuk menikmatinya.
“Mas Agung sudah pergi kerja kan, Mbak?” tanya Mia sambil bangkit dari tidurannya tiba-tiba.
“Sudah dari tadi dong. Dia dapat bagian shift malam hari ini. Seminggu ini sih” ujar Germen.
“Eh ada apa nih undang saya malam-malam gini?” tanya Germen kemudian.
“Gak ada apa-apa kok, Mbak…” kata Mia.
“Aku cuma pengen ngajak Mbak nonton film yang baru aku beli” kata Mia sambil melirik kepada Hendri. Hendri membalas dengan senyuman.
“VCD begituan ya?” tanya Germen bersemangat. Dia langsung bangun dari tidurannya.
Mia tersenyum sambil melirik Hendri.
“Cepatlah putar!” ujar Germen tidak sabar. Hendri bangkit dari duduknya lalu merangkak menuju ke VCD player.
“Germen suka film yang mana?” tanya Hendri sambil menyodorkan beberapa keping VCD porno.
Setelah memilih, Germen segera menyerahkan film yang ingin dilihatnya. Hendri segera memutarnya. Awalnya mereka bertiga menonton film itu tanpa banyak bicara. Mia duduk berdampingan dengan Germen, sementara Hendri duduk di belakang mereka.
“Udah ada yang bangun, ya?” tanya Mia tiba-tiba sambil tersenyum melirik ke arah selangkangan Hendri.
“Hehehehehe… Lumayan” jawab Hendri senyum-senyum.
“Lumayan apanya?” tanya Germen sambil matanya ikut melirik ke arah selangkangan Hendri yang mulai menggembung. Hendri tersenyum lalu menutupi kakinya dengan bantal.
“Mbak Germen seberapa sering begituan dengan Mas Agung?” tanya Mia kemudian kepada Germen.
“Ah, jarang sekali… Mungkin karena dia capek…” kata Germen sambil matanya terus melihat adegan pemain yang sedang bersetubuh di video.
Kembali mereka terdiam selama beberapa saat sambil melihat video.
“Sini dong…” kata Mia tiba-tiba melambai ke arah Hendri sambil matanya berkedip memberi isyarat. Hendri beringsut mendekati Mia. Diambilnya posisi di tengah-tengah Mia dan Germen.
“Ada apa sih…?” tanya Hendri.
“Duduk dekat sini aja…” kata Mia dengan suara manja.
Setelah dekat, dengan sengaja tangan Mia segera masuk ke dalam celana pendek Hendri. Lalu digenggam dan ditariknya keluar Penis Hendri yang sudah tegang itu dari balik celana. Diremasnya pelan. Hendri kontan kaget. Tapi refleks, badannya menunduk ke belakang dan kedua kakinya perlahan merenggang. Diambilnya satu bantal sebagai alas kepalanya Lalu tiduran.
Mia menarik turun celana pendek Hendri sampai ke pahanya. Lalu sambil duduk nonton, tangannya terus mengocok dan meremas batang Penis Hendri. Jari jempolnya menggesek-gesek kepala Penis Hendri yang telah membulat besar berwarna kemerahan. Mengkilat karena cairan yang keluar dari lubang di kepala Penisnya itu.
Jepang - Germen yang melihat hal itu, perasaannya menjadi tak karuan. Antara rasa malu, rasa ingin melihat dan rasa ingin memegang bercampur baur jadi satu. Batang Penis Hendri yang panjang, besar dan berurat-urat itu sungguh membuatnya terangsang dengan cepat. Matanya bergantian melirik ke arah layar TV dan ke arah batang Penis Hendri yang keras sedang dikocok oleh Mia.
“Udah pengen ya?” tanya Mia kepada Hendri dengan suara yang agak dikeraskan. Lalu ia menunduk dan mencium bibir Hendri. Lalu mulutnya mendekat ke batang Penis Hendri yang tegak teracung. Dijilatinya kepala Penis itu. Dihisap kuat-kuat dan kembali dijilatinya.
“Oooooohhh…” Hendri mendesah pelan sambil matanya melirik ke arah Germen. Germen yang semakin tidak menentu perasaannya, kebetulan melirik ke arah Hendri. Pandangan mereka beradu selama beberapa detik. Mata Germen tiba-tiba meredup dan bibirnya terbuka. Tiba-tiba seperti tersadar lalu membuang pandangannya ke arah video. Hatinya berdebar keras ketika berpandangan dengan Hendri.
Mia melirik ke arah Hendri dan Germen bergantian sambil tersenyum. Lalu dengan tanpa ragu-ragu, Mia menarik celana Hendri lebih ke bawah. Lalu kembali dikocoknya pelan. Hendri mendesah pelan sambil matanya melirik ke arah Germen yang jelas kelihatan gelisah. Germen berulang-ulang mengganti posisi duduknya. Dari kaki yang diluruskan menjadi disilangkan. Kemudian ditekuk.
“Mbak suka gak sama barang lelaki yang gede panjang?” tanya Mia sambil tersenyum menatap ke arah Germen.
“Hmmmmm… Iya… Iya… Suka dong…” kata Germen menatap Mia.
Matanya melirik ke tangan Mia yang sedang mengocok dan meremas batang Penis Hendri. Batang Penis yang panjang, besar dan berurat-urat. Sekitar dua genggaman tangan Mia, pikirnya.
“Kalau yang kayak gini suka gak, Mbak?” tanya Mia sambil matanya mengisyaratkan agar Germen memegang Penis Hendri.
“Ah, kamu ada-ada aja… Ya aku suka banget…” kata Germen senyum-senyum sambil kembali mengubah posisi duduknya.
“Sini dong, Mbak…” ajak Mia.
Germen beringsut duduk semakin dekat ke arah Hendri. Kepala Penis Hendri terlihat begitu mengkilat dan kemerahan. Germen sungguh semakin terangsang sekarang. Meliat Germen yang sedang terdiam memperhatikan tangannya sedang mengocok dan meremas batang Penis Hendri, Mia tersenyum. Tangannya meraih tangan Germen, lalu ditariknya ke arah Penis Hendri. Germen diam menuruti kemauan Mia.
“Coba pegang, Mbak…” kata Mia.
Tangannya membimbing jari-jari Germen menggenggam Penis Hendri. Penis Hendri terasa hangat dan berdenyut di tangan Germen. Nafas Germen memburu. Ada desiran yang menuntun tangannya perlahan meremas Penis Hendri. Jari jempolnya spontan mengelus kepala Penis Hendri.
Digosok-gosoknya cairan kental yang keluar membasahi kepala Penis Hendri yang besar membulat kemerahan itu. Sementara Mia melepaskan celana pendek Hendri keluar dari kedua kakinya. Hendri tersenyum sambil melirik ke arah Mia. Mia juga tersenyum lalu duduk mundur menjauh.
Tanpa diduga tangan Hendri meraih dagu Germen. Lalu dengan segera mengecup bibirnya dan melumatnya dengan hangat. Satu tangannya yang lain merengkuh pinggang Germen dan menariknya tiduran di sampingnya. Germen yang sudah terangsang gairahnya langsung berbaring dan membalas ciuman Hendri dengan hangat pula sambil tangannya mulai berani mengocok Penis Hendri.
Tangan Hendri segera menyusup ke balik bawahan gaun terusan Germen. Disingkapkannya rok Germen sampai ke pinggul. Ditelusurinya paha Germen. Elusan tangannya segera menyelusup ke pangkal paha. Lalu jarinya diselipkan ke balik celana dalam Germen. Reflex Germen merenggangkan kedua pahanya dan mengangkat pantatnya. Memberi keleluasaan untuk tangan Hendri masuk ke selangkangannya. Belahan di sela pahanya terasa hangat.
“Ssssssshhhhh… Oooooohhh…” desah Germen pelan sambil menggelinjang ketika jari tangan Hendri menyusuri belahan Mekinya yang sudah sangat basah.
“Ooooooooooohhh…” desah Germen tambah keras ketika jari Hendri masuk lubang Mekinya.
Hendri menggesek-gesekkan jarinya ke dinding bagian atas di dalam Meki Germen. Pinggulnya digoyang-goyangkan karena nikmat. Lidah Hendri masuk lebih dalam ke rongga mulut Germen dan membelit menggesek-gesekkan ke dinding mulutnya. Dihisap dan dilumatnya bibir Germen.
Sementara Mia sengaja menjauhkan diri dari mereka. Mia mendapat suatu rangsangan yang amat sangat ketika melihat suaminya bercinta dengan wanita yang ia sukai. Mia tidak melakukan apapun hanya diam sambil melihat mereka bermesraan. Hanya nafas Mia yang terdengar memburu. Ketika tangan Hendri mulai mencoba melepas pakaiannya,
Germen tersentak sesaat. Dengan segera matanya menatap Mia. Tapi ketika dilihatnya Mia tersenyum sambil matanya mengisyaratkan agar Germen melanjutkan bercinta lagi. Germen sesaat terdiam. Tapi ketika tangan Hendri merangkul pinggulnya dan satu tangannya yang lain meremas buah dada Germen, Germen terpejam dan meremas tangan Hendri yang sedang meremas buah dadanya.
“Oooooohhh…” desah Germen seiring dengan jilatan dan pagutan Hendri di lehernya sambil tak lepas tangannya meremas buah dada Germen.
Sambil berbaring Hendri mengangkat pinggul Germen dan kedua kaki Germen diletakkan di pahanya. Lalu ia melepaskan celana dalam Germen. Sesaat Germen tampak canggung. Hendri bangun dan segera melepas bajunya. Hendri yang setengah berlutut begitu,
Germen dapat melihat batang kejantanan yang keras, panjang dan besar di selangkangan Hendri berdiri mengacung dengan kepala Penis yang begitu bulat menantang untuk dimasukkan ke dalam belahan Mekinya yang sudah sangat basah. Perut Hendri yang ramping dan berotot sungguh merangsangnya.
Hendri menunduk dan mencium bibir Germen. Lalu kedua tangannya membukai kancing gaun Germen. Sambil mengangkat tubuh Germen agar bangun, bibir mereka terus berpagutan. Satu tangan Germen melingkari leher Hendri dan tangan yang lain kembali mengocok batang Penis Dciky dengan lebih cepat.
Setelah melepas semua kancing dan kaitan gaun itu, dari kepala Germen, Hendri menariknya sehingga Germen sekarang telanjang bulat. Mata Germen terpejam sayu. Bibirnya terbuka. Ia tak memperdulikan Mia lagi. Ditariknya tangan Hendri sambil ia membaringkan tubuhnya ke belakang.
Kembali Hendri menunduk menindih tubuh telanjang Germen. Jilatan lidah Hendri pada puting buah dada Germen membuat Germen menggelinjang merasakan nikmat yang amat sangat. Ia juga merasakan sensasi yang sangat besar karena sedang bercumbu dengan seorang pria sambil diamati oleh wanita lain. Hendri menghisap putingnya dengan kuat,
Germen meremas rambut Hendri dan membenamkan kepalanya di bulatan buah dadanya yang putih bersih itu. Buah dada Germen begitu kenyal dan besar. Dengan putingnya yang coklat kemerahan, Hendri begitu cepat terangsang untuk melumatnya lama-lama.
“Oooooohh… Ooooooooohh Hendri…” desah Germen ketika jilatan lidah Hendri turun ke perut lalu turun lagi menyusuri selangkangannya.
Pinggulnya bergoyang mengikuti desiran rasa nikmat itu. Mia tetap diam menyaksikan tubuh telanjang suaminya yang sedang bergumul mesra dengan Germen. Nafasnya makin memburu waktu melihat Hendri dan Germen berganti posisi. Hendri berbaring dan Germen menindih tubuhnya dari atas sambil mengangkangkan pahanya tepat di mulat Hendri. Penis Hendri dihisap sambil dikocok oleh Germen dan Hendri menjilat serta mengemut bibir Meki Germen dengan buas.
“Ooooooohhhhh Hendri…” Germen berulang-ulang menjerit sambil menengadahkan kepalanya. Pantatnya ditekan ke bawah dalam-dalam. Membenamkan wajah Hendri di selangkangannya.
Tanpa terasa tangan Mia menyelusup ke dalam celana dalamnya. Lalu jarinya mulai menggosok-gosok belahan Mekinya sendiri. Mia sangat menikmati ketika Hendri mengangkat-angkat pantatnya memompa Penisnya ke dalam mulut Germen.
Saat Germen menghisap dengan kuat Penis Hendri, kontan Hendri mengerang kuat. Tak tahan dengan pemandangan itu, Mia segera melepaskan semua pakaiannya. Dengan duduk telanjang dan mengangkang, ia mengocok-ngocok Mekinya dengan jari sambil mengamati persetubuhan Hendri dengan Germen di dekatnya.
“Aaaaaarggghhhh… Germen…” teriaknya sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi.
Nafas Mia semakin memburu. Satu jarinya semakin cepat keluar masuk Mekinya sendiri ketika melihat Hendri dan Germen kembali berganti posisi. Germen tetap di atas. Sambil mengangkangi pinggang Hendri, perlahan satu tangannya memasukkan batang Penis Hendri ke dalam belahan Mekinya. Sambil memeluk Germen agar terbaring di atas tubuhnya, ia mulai menyetubuhi Germen. Satu tangannya memeluk punggung Germen dan tangan yang lain memeluk pinggul Germen. Desahan dan erangan mereka membuat gairah Mia bertambah naik.
“Ooooooooohh… Ssssssshh…” desis Germen ketika Hendri dengan cepat mengangkat-angkat pantat dan mengeluar masukkan Penisnya di Meki Germen dari bawah.
Lalu dikecup dan dihisapnya dengan kuat bibir Hendri. Matanya terpejam dan pinggulnya dimaju mundurkan dengan cepat pula. Tak tahan dengan gesekan batang Penis Hendri yang terasa penbuh di dalam belahan Mekinya, Germen menyusupkan wajahanya ke samping sambil menghisap kuat-kuat leher Hendri.
“Gimana rasanya, Mbak?” tanya Hendri sambil mengelus rambut Germen.
“Oooooooooohh… Enak bangeeeet, Hendri… Oooooohhh enak bangeeeet…” jawab Germen sambil meremas rambut Hendri. Sementara pinggulnya bergoyang mengikuti gerakan Hendri.
Setelah sekitar 15-an menit mereka bersetubuh disaksikan Mia, sampai akhirnya Germen memeluk tubuh Hendri kuat-kuat. Mekinya didesakkan ke Penis Hendri dalam-dalam. Gerakan pinggulnya makin cepat. Lalu tiba-tiba tubuhnya bergetar sambil mendesah panjang. Diremaskan dengan kuat rambut Hendri. Dihisapnya juga dengan kuat leher Hendri.
“Oooooooohh… Oooooooooooohh….” desah Germen terkulai lemas setelah mendapat orgasmenya yang pertama.
Sementara Hendri masih terus mengangkat-angkat pantatnya menggenjot Penisnya di Meki Germen dari bawah. Sambil mencium bibir Germen, dibalikkannya tubuh Germen. Lalu dengan berjongkok mengangkang, diletakkannya kedua paha Germen menimpa pahanya. Hendri menunduk dan mencium kembali bibir Germen. Spontan Germen melingkarkan kedua kakinya di pinggang Hendri. Kedua tangannya menekan pantat Hendri kuat-kuat.
Sekarang Hendri dengan cepat lebih leluasa mengocok-ngocokkan batang Penisnya kembali ke dalam Meki Germen. Germen kembali mendesah dan menjerit-jerit saat batang Penis Hendri menyentuh ujung rahimnya.
“Ooooooohhhh… Oooooohhhh Hendri…” jeritnya ulang-ulang tanpa henti.
Terasa ngilu dan geli yang sangat merangsang Mekinya untuk kembali mengalami orgasme. Ditariknya Hendri ke arah tubuhnya sambil memeluknya dengan erat. Kedua kakinya turun menjepit kaki Hendri. Seakan-akan Germen tak ingin melepaskan Hendri sampai ia mencapai orgasmenya yang kedua. Ia juga memaju mundurkan pantatnya dari bawah. Gerakannya makin cepat ketika Hendri mengatakan ia akan keluar.
“Oooohhhh… Aku mau keluar Germen… Aku mau keluar Germen…” teriak Hendri ulang-ulang.
Germen dapat merasakan ada sesuatu yang mendesak nikmat akan keluar dari Penis Hendri. Batang Penis itu terasa semamin membesar di dalam Mekinya. Mekinya terasa semakin penuh oleh batang Penis Hendri yang lebih besar daripada Penis suaminya. Saat Hendri akan menarik Penis dari Mekinya, Germen menahan pantat Hendri.
“Di dalam aja… Ooooohhhh“ bisiknya pelan ke telinga Hendri.
“Aaaaaarggggghhhhh… Aku gak tahan…” tiba-tiba Hendri mendesah kuat.
“Aaaaaaaaaargghhhhhh… Aku keluaaaaaaar… Oooooohhhh… “ Hendri membenamkan batang Penisnya dalam-dalam ke Meki Germen. Dipeluknya tubuh Germen dan dilumatnya bibir Germen dengan kuat. Tiba-tiba Germen yang merasakan sensasi kenikmatan yang dirasakan Hendri juga tak dapat menahan orgasmenya yang kedua.
“Ooooooooohhhhhh… Hendri… Oooooohhhhh… “ desahnya dengan kuat.
Ditekannya pantat Hendri ke bawah dan diangkat-angkat pantatnya ke atas. Ujung batang Penis Hendri mendesak rahimnya dengan kuat. Sungguh ngilu dan geli yang amat sangat sehingga ia tak dapat menahan kenikmatannya datang lagi. Sehingga pada saat sperma hangat Hendri menyembur ke dalam rahimnya, kontan Germen tak dapat menahan orgasmenya yang kedua. Berdua mereka berbarengan keluar.
Tubuh Hendri lemas terkulai di atas tubuh telanjang Germen. Tapi batang Penisnya masih tetap mengeras di dalam Meki Germen.
“Penisku masih keras. Sekarang kamu ya sayang?” tanyanya kepada Mia. Mia yang melihat mereka sedang terkulai bertindihan lemas segera beringsut menghampiri. Diusapnya pantat Hendri. Pakaiannya sudah dari tadi ia lepaskan.
“Masih kuat, sayang?” bisik Mia ke telinga Hendri.
Hendri segera mencabut Penisnya dari Meki Germen lalu bangkit berjongkok. Batang Penisnya memang masih keras berdiri walau ia sendiri sudah mengalami orgasme barusan. Germen duduk sambil tersenyum memperhatikan mereka berdua.
“Aku masih kuat, sayang…” kata Hendri lalu berbaring dan menarik tangan Mia.
Diciumnya bibir Mia. Mia segera menaiki tubuh Hendri. Ia duduk mengangkangi selangkangan Hendri. Sambil memeluk pinggangnya, Hendri menggesek-gesekkan batang Penisnya ke belahan Meki Mia. Lalu Mia menekan pantatnya membenamkan batang Penis Hendri ke dalam Mekinya.
“Oooooohhh sayaaaang…” desah Mia dengan kuat.
Ditengadahkannya wajah dengan mata terpejam. Sambil menunduk mencium bibir Hendri, diangkat-angkatnya pantat mengocok batang Penis Hendri dengan cepat. Tiba-tiba ia teringat Germen.
“Gimana, Mbak? Enak?” tanya Mia kepada Germen sambil tersenyum. Germen tersenyum. Lalu sambil duduk ia berpakaian.
“Aku bisa ketagihan, lho…” kata Germen.
“Penis Hendri enak banget…” lanjutnya sambil tersenyum manis ke arah Hendri.
“Kapan saja Mbak pengen, datang aja ke sini…” kata Mia tersenyum pula.
“Makasih, Mia. Aku pulang dulu ya,” kata Germen sambil mengecup pipi Mia yang sedang bersetubuh dengan Hendri. Diciumnya juga bibir Hendri.
Mia menggangguk. Sesaat mereka terdiam sambil melihat Germen menutup pintu.
Sampai saat ini, sudah berpuluh kali Germen bersetubuh dengan Hendri di depan mata Mia. Mia bukan biseks. Mia hanya merasakan suatu gairah dan rangsangan yang sangat kuat ketika melihat suaminya menyetubuhi wanita lain yang disukai Mia sendiri. Dan menurut Mia juga, sampai detik ini mereka tidak pernah main bertiga. Hendri selalu bersetubuh hanya berdua dengan Germen.
Sementara Mia juga selalu hanya bersetubuh berdua denganku. Tidak pernah bertiga dengan Hendri. Hal ini yang membuat suasana hidup Mia menjadi berwarna cerah.Mia, 30 tahun adalah istri Hendri 38 tahun. Seorang ibu rumah tangga yang sangat dalam bergaul di lingkungan tempat tinggalnya. Hendri adalah seorang suami yang baik dan bertanggung jawab kepada keluarga. Apapun kekurangan dalam rumah tangga maka ia selalu berusaha untuk mencukupinya. Bisa dibilang, rumah tangga yang harmonis dan rukun. Anak mereka satu-satunya mengambil tempat sekolah di kota lain. Aku kost di lingkungan yang sama dengan mereka.
Pada waktu 7 Agustus 2010, mereka beserta warga lingkungan tempat tinggal mengadakan malam hiburan berupa organ tunggal sampai subuh. Kebetulan waktu itu adalah hari Sabtu malam minggu. Tua muda, laki-laki perempuan, semua ikut bergembira. Semua turun berjoget mengikuti alunan lagu yang dibawakan oleh penyanyi. Mula-mula berjoget dengan pasangan masing-masing. Semua bergembira sambil tertawa lepas mengikuti irama musik.
Menjelang subuh pada lagu terakhir, Mia berjoget dengan seorang pria, sedangkan Hendri berjoget dengan Germen, seorang ibu rumah tangga yang tinggal satu tempat kost tapi berjarak beberapa pintu dari kamar mereka. Germen 31-an tahun adalah istri seorang karyawan swasta yang bekerja dengan shift, mempunyai 2 orang anak yang sudah cukup besar. Walau sudah berumur tapi penampilan Germen selalu tampak muda karena cara berpakaiannya yang seksi dan pandai bermake up. Sepintas Mia melirik pada Hendri yang sedang berjoget dengan Germen.
Terlihat Hendri sedang tertawa dengan Germen sambil berjoget. Germen meliuk-liukkan pinggul bulatnya dengan bentuk pantat yang padat dan besar. Rok span ketat memperlihatkan pantat seksinya yang merangsang pada saat bergoyang. Lalu Mia kembali berjoget dan tertawa dengan pasangannya. Setelah acara usai, semua kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira walaupun capek.. Sesampai di rumah, setelah mandi air hangat, Mia dan Hendri segera ke tempat tidur.
“Bagaimana tadi, sayang?” tanya Hendri sambil memeluk Mia.
“Apanya?” tanya Mia kembali sambil menempatkan kepalanya di salah satu tangan Hendri.
“Tadi waktu kita di tempat pesta” jawab Hendri sambil mengecup bibir mungil Mia.
“Aku benar-benar gembira…” kata Mia tersenyum sambil tangannya mengusap-ngusap selangkangan Hendri.
“Harusnya lingkungan kita lebih sering melakukan acara seperti tadi ya. Jangan cuma setahun sekali…” kata Hendri. Satu tangannya masuk ke balik kimono Mia. Buah dada Mia diremas-remas dengan lembut. Mia tidak mengenakan pakaian dalam di balik kimono itu.
“Hmmmmm.. Kenapa begitu?” tanya Mia sambil mencium pipi Hendri lalu mengecup bibirnya. Tangannya masuk ke balik celana Hendri. Menggenggam batang kejantanan Hendri yang mulai mengeras. Mengocok-ngocoknya dengan pelan.
“Ya… kita kan bisa bergembira dengan tetangga. Jarang sekali ngumpul bareng tetangga,” ujar Hendri sambil melepas tali kimono yang dikenakan Mia. Sambil membaringkan kepalanya di samping dada Mia, dijilatnya salah satu puting buah dada Mia sambil tangannya yang lain meremas buah dada yang lain.
“Oooohh sayaang…” desah Mia pelan sambil memejamkan matanya. Tangannya meremas dengan erat batang kejantanan Hendri.
Sambil tetap menciumi dan menjilati buah dada Mia, tangan Hendri yang tadinya meremas buah dada, turun ke perut lalu disusupkan ke selangkangan Mia. Setelah jari-jarinya menyentuh bulu kemaluan Mia yang tipis, diusap dan diremasnya gundukan di selangkangan itu. Mia terpejam sambil mendesah pelan. Jari-jari tangan Hendri lalu menyusuri belahan di selangkangan itu dan menyelusup ke dalamnya. Jari tengahnya menggesek-gesek dinding bagian dalam Meki Mia pelan. Lalu jari jempolnya menggesek-gesek itil Mia.
“Ooooooooooohhh sayaaaaaang…” desahan Mia mulai mengeras sambil menggerakkan pinggulnya.
Jari jempol Hendri terus menggosok-gosok itil Mia dan jari tengahnya terus menggesek-gesek dinding dalam bagian atas Meki Mia sampai cairan Meki Mia keluar membasahi jari tengah Hendri.
“Ooooooohhh…” desah Mia sambil satu tangannya memegang tangan Hendri yang sedang bermain di Mekinya.
“Enak, sayang?” tanya Hendri lalu melumat bibir Mia.
Lalu jari tengah Hendri dikocok-kocokkan di Meki Mia. Tanpa menjawab pertanyaan Hendri, Mia membalas ciuman Hendri dengan hebat sambil menjepitkan pahanya dan menggoyangkan pinggulnya menahan kenikmatan ketika jari tangan Hendri keluar masuk lubang Mekinya.
“Buka pakaiannya dong, sayang,” bisik Mia ke telinga Hendri.
Hendri bangkit dan melepas seluruh pakaiannya. Penis Hendri terlihat sudah berdiri dengan kerasnya. Batang Penis yang ditumbuhi bulu-bulu pendek. Urat-uratnya melingkari batang Penis dengan kepala yang membulat merah mengkilat. Melihat itu, Mia segera bangkit dan duduk di tepi ranjang. Digenggamnya Penis Hendri, Lebih kurang dua genggaman tangannya. Lalu dikocok-kocok perlahan. Cairan bening terlihat keluar dari lubang kepala Penis Hendri. Ujung lidah Mia menjilati cairan tersebut. Lidahnya menyusuri belahan bulatan kepala Penis Hendri yang memerah mengkilat.
“Ooooooohhhh sayaang…” desah Hendri sambil meremas rambut Mia. Sambil melirik ke arah Hendri lalu mulut Mia mengulum batang Penis Hendri yang besar dan berurat-urat itu.
Clok… Clok… Clok… Terdengar suara kuluman mulut Mia pada Penis Hendri.
“Oooooooohh… Enak sayaaaang… Ooooooooohhhh…” desah Hendri sambil memegang kepala Mia lalu memompa pelan Penisnya di mulut Mia.
“Gantian, sayang…” bisik Mia sambil melepas kulumannya menatap Hendri.
Hendri tersenyum. Dibaringkannya tubuh Mia. Setelah meletakkan bantal sebagai alas kepala agar Mia dapat melihat Hendri menjilat dan mengemut Mekinya, lalu Hendri juga berbaring dengan mengangkat kedua kaki Mia yang dikangkangkannya lebar-lebar. Mia mendesah panjang saat lidah Hendri dengan lincahnya bermain dan menjilati kelentit Meki Mia.
“Oooooooooohh sayaaaaaaang.., Terusssss…” desah Mia.
Apalagi ketika jari Hendri masuk ke lubang Mekinya sambil lidahnya tak henti menjilati kelentit Mia. Gerakan pinggul Mia makin keras mengikuti rasa nikmatnya. Tak lama kemudian tangan Mia dengan keras meremas rambut Hendri dan mendesakkan kepala Hendri ke Mekinya. Lalu..
“Oooooooohhh… Enak, sayaaaaaaang.., Sssssssssshh…” jerit kecil Mia terdengar ketika Mia mencapai puncak kenikmatan.
Hendri segera menghentikan jilatannya lalu naik ke atas tubuh istrinya itu. Walau mulutnya masih basah oleh cairan Meki Mia, Hendri langsung melumat bibir Mia. Miapun langsung membalas ciuman Hendri dengan hebat. Sambil tetap berciuman, tangan Mia membimbing Penis Hendri masuk ke dalam belahan Mekinya. Bless… Bless… Bless… Penis Hendri dengan cepat langsung keluar masuk Meki Mia.
“Meki kamu legit, saying… Enak…” bisik Hendri sambil sedikit membungkuk ke tubuh Mia. Dengan berjongkok dan kedua kakinya mengangkang mengapit kedua kaki Mia yang melingkari pahanya, kedua tangannya mengalasi kepala Mia. Dengan sedikit mengangkat kepala Mia agar ia dapat melihat batang Penis Hendri yang keluar masuk Mekinya dengan pelan.
Mia tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya. Pantatnya diangkat-angkat mengikuti irama goyangan pantat Hendri yang maju mundur.
“Memang kenapa?” tanya Mia.
“Aku gak pernah bosan menyetubuhi kamu…” bisik Hendri sambil terus memompa Penisnya.
Mia tersenyum.
“Kalau wanita lain rasanya bagaimana?” tanya Mia lagi.
“Aku gak pernah bersetubuh dengan wanita lain kok” jawab Hendri.
Mia tersenyum lalu merangkulkan kedua tangannya ke pundak Hendri sambil tetap menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Penis Hendri. Kedua kakinya diangkat menjepit pinggang Hendri.
“Aku mau tanya, sayang…” kata Mia.
“Apa?” tanya Hendri.
“Tubuh Mbak Germen, tetangga kita itu, bagus tidak?” tanya Mia lagi.
“Ah pertanyaan kamu ada-ada saja…” kata Hendri tak menghiraukan sambil terus memaju mundurkan pantatnya dengan cepat. Nafasnya memburu.
“Aku serius, sayang… Jawab jujurlah. Tidak apa-apa kok…” kata Mia.
“Tadi kamu lihat belahan buah dadanya gak?” tanya Mia lagi.
Hendri mengangguk. Pantatnya dengan cepat naik-turun dan batang Penisynya dengan cepat juga keluar masuk Meki Mia. Semakin basah. Batang Penisnya dilumuri lender keputih-putihan banyak sekali. Mia tersenyum sambil terus menggoyangkan pinggul, matanya terus melihat batang Penis Hendri keluar masuk mengocok Mekinya. Lalu kedua tangannya menngapit dan menekan pantat Hendri agar tertancap lebih dalam di Mekinya.
“Jujur aja. Iya, tubuhnya bagus. Tadi aku sempat lihat belahan buah dadanya”.
“Marah?” tanya Hendri kemudian lalu menghentikan gerakannya.
Mia tersenyum lagi. Kedua tangannya terus menekan pantat Hendri agar batang Penisnya masuk lebih dalam sambil ia tetap menggoyang-goyang pinggulnya.
“Jangan berhenti dong, sayang… Goyang terusss… Mmmmmhh…” kata Mia.
“Aku gak marah kok. Justru aku suka mendengarnya… ” kata Mia lagi.
“Kenapa suka?” tanya Hendri heran.
“Tadi waktu aku lihat kamu berjoget dengan Mbak Germen, gak tahu kenapa ada perasaan aneh…” kata Mia.
“Tiba-tiba aku membayangkan kamu bersetubuh dengan Mbak Germen…” lanjut Mia lagi
“Lho kenapa begitu?” tanya Hendri.
“Gak tahu…” kata Mia.
“Kamu cemburu?” tanya Hendri.
“Gak sama sekali. Justru sebaliknya, aku pengen banget liat kamu bersetubuh dengan Mbak Germen…” kata Mia.
“Kamu lagi horny kali tadi ya…?” tanya Hendri tanpa menghentikan gerakan Penisnya. Sambil tersenyum diliriknya Mia. Lalu dengan menunduk, dikecupnya bibir Mia pelan.
Mia kembali tersenyum. Setelah beberapa lama memompa Penisnya, Hendri mengejang, gerakannya bertambah cepat.
“Aku mau keluar, sayaaaaang… Ooooooohh…” bisik Hendri.
“Tahan sebentar, sayang.. Aku juga mau keluar…” bisik Mia sambil mempercepat gerakan pinggulnya. Diangkat-angkatnya pinggul dan ditekannya pantat Hendri lebih dalam.
Tak lama tubuhnya mengejang, tangannya kuat memeluk tubuh Hendri.
“Aaaaaaaaaaahhhhhhh… Aku keluar, sayaaaaaang…” jerit Mia dengan keras.
“Oooooooohh… Nikmat banget sayaaaaaang… Oooooooooohh…” jerit kecil Mia ketika mencapai orgasme.Selang beberapa detik, Hendri juga semakin mempercepat gerakannya. Sampai akhirnya.
Crott… Crott… Crott… Air mani Hendri menyembur dengan kencang di dalam Meki Mia.
“Aaaaaaaaarrghhhh… Sayaaaaaang…” Hendri mendesakkan Penisnya dalam-dalam ke Meki Mia.. Tubuh kedua mereka lemas saling berpelukan sementara Penis Hendri masih berada di dalam Meki Mia.
“Mau gak kalau aku minta kamu maen dengan Mbak Germen? Aku serius…” kata Mia sambil memeluk pundak Hendri.
“Kenapa sih kamu mau yang aneh-aneh begitu?” tanya Hendri.
“Aku gak tahu, sayang. Yang jelas ada perasaan horny aja waktu membayangkan kamu bermesraan dengan Mbak Germen…” jawab Mia.
“Mau kan, sayang?” tanya Mia memaksa.
“Kalaupun aku mau, bagaimana caranya, sayang…?” kata Hendri sambil mengecup bibir istrinya.
“Nanti aku yang atur…” kata Mia sambil tersenyum.
Hendri juga tersenyum sambil mencabut Penisnya dari Meki Mia, lalu bangkit dan menarik tangan Mia. Setelah bersih-bersih di kamar mandi, merekapun kemudian tidur.
Banyak cara yang dilakukan Mia agar Germen bisa dekat dan akrab dengannya dan Hendri. Hal itu membuahkan hasil. Germen sekarang mulai sering bertandang ke rumah mereka walaupun sekedar ngobrol. Sampai suatu malam Mia mengundang Germen datang ke rumahnya. Germen datang dengan gaun terusan selutut dengan motif bunga-bunga berwarna merah muda. Belahan buah dadanya yang putih bersih terlihat jelas di sela lekukan krah yang turun sampai ke dadanya. Ia terlihat sangat cantik dan elegan. Kakinya yang putih mulus terpampang dengan indah. Rambut tergerai panjang.
Sambil tiduran di karpet ruang tengah, Mia dan Germen berbincang-bincang tentang arisan lingkungan. Mereka terlihat akrab. Cemilan dan minuman turut dihidangkan Mia. Hendri ikut duduk di karpet bersandar ke sofa, di samping Mia. Sesekali matanya melirik ke arah kaki Germen yang ditekuk. Germen yang tiduran dengan gaun terusan itu, membuat gaunnya tertarik ke bawah dan pahanya yang padat, putih dan mulus mengundang mata Hendri untuk menikmatinya.
“Mas Agung sudah pergi kerja kan, Mbak?” tanya Mia sambil bangkit dari tidurannya tiba-tiba.
“Sudah dari tadi dong. Dia dapat bagian shift malam hari ini. Seminggu ini sih” ujar Germen.
“Eh ada apa nih undang saya malam-malam gini?” tanya Germen kemudian.
“Gak ada apa-apa kok, Mbak…” kata Mia.
“Aku cuma pengen ngajak Mbak nonton film yang baru aku beli” kata Mia sambil melirik kepada Hendri. Hendri membalas dengan senyuman.
“VCD begituan ya?” tanya Germen bersemangat. Dia langsung bangun dari tidurannya.
Mia tersenyum sambil melirik Hendri.
“Cepatlah putar!” ujar Germen tidak sabar. Hendri bangkit dari duduknya lalu merangkak menuju ke VCD player.
“Germen suka film yang mana?” tanya Hendri sambil menyodorkan beberapa keping VCD porno.
Setelah memilih, Germen segera menyerahkan film yang ingin dilihatnya. Hendri segera memutarnya. Awalnya mereka bertiga menonton film itu tanpa banyak bicara. Mia duduk berdampingan dengan Germen, sementara Hendri duduk di belakang mereka.
“Udah ada yang bangun, ya?” tanya Mia tiba-tiba sambil tersenyum melirik ke arah selangkangan Hendri.
“Hehehehehe… Lumayan” jawab Hendri senyum-senyum.
“Lumayan apanya?” tanya Germen sambil matanya ikut melirik ke arah selangkangan Hendri yang mulai menggembung. Hendri tersenyum lalu menutupi kakinya dengan bantal.
“Mbak Germen seberapa sering begituan dengan Mas Agung?” tanya Mia kemudian kepada Germen.
“Ah, jarang sekali… Mungkin karena dia capek…” kata Germen sambil matanya terus melihat adegan pemain yang sedang bersetubuh di video.
Kembali mereka terdiam selama beberapa saat sambil melihat video.
“Sini dong…” kata Mia tiba-tiba melambai ke arah Hendri sambil matanya berkedip memberi isyarat. Hendri beringsut mendekati Mia. Diambilnya posisi di tengah-tengah Mia dan Germen.
“Ada apa sih…?” tanya Hendri.
“Duduk dekat sini aja…” kata Mia dengan suara manja.
Setelah dekat, dengan sengaja tangan Mia segera masuk ke dalam celana pendek Hendri. Lalu digenggam dan ditariknya keluar Penis Hendri yang sudah tegang itu dari balik celana. Diremasnya pelan. Hendri kontan kaget. Tapi refleks, badannya menunduk ke belakang dan kedua kakinya perlahan merenggang. Diambilnya satu bantal sebagai alas kepalanya Lalu tiduran.
Mia menarik turun celana pendek Hendri sampai ke pahanya. Lalu sambil duduk nonton, tangannya terus mengocok dan meremas batang Penis Hendri. Jari jempolnya menggesek-gesek kepala Penis Hendri yang telah membulat besar berwarna kemerahan. Mengkilat karena cairan yang keluar dari lubang di kepala Penisnya itu.
Germen yang melihat hal itu, perasaannya menjadi tak karuan. Antara rasa malu, rasa ingin melihat dan rasa ingin memegang bercampur baur jadi satu. Batang Penis Hendri yang panjang, besar dan berurat-urat itu sungguh membuatnya terangsang dengan cepat. Matanya bergantian melirik ke arah layar TV dan ke arah batang Penis Hendri yang keras sedang dikocok oleh Mia.
“Udah pengen ya?” tanya Mia kepada Hendri dengan suara yang agak dikeraskan. Lalu ia menunduk dan mencium bibir Hendri. Lalu mulutnya mendekat ke batang Penis Hendri yang tegak teracung. Dijilatinya kepala Penis itu. Dihisap kuat-kuat dan kembali dijilatinya.
“Oooooohhh…” Hendri mendesah pelan sambil matanya melirik ke arah Germen. Germen yang semakin tidak menentu perasaannya, kebetulan melirik ke arah Hendri. Pandangan mereka beradu selama beberapa detik. Mata Germen tiba-tiba meredup dan bibirnya terbuka. Tiba-tiba seperti tersadar lalu membuang pandangannya ke arah video. Hatinya berdebar keras ketika berpandangan dengan Hendri.
Mia melirik ke arah Hendri dan Germen bergantian sambil tersenyum. Lalu dengan tanpa ragu-ragu, Mia menarik celana Hendri lebih ke bawah. Lalu kembali dikocoknya pelan. Hendri mendesah pelan sambil matanya melirik ke arah Germen yang jelas kelihatan gelisah. Germen berulang-ulang mengganti posisi duduknya. Dari kaki yang diluruskan menjadi disilangkan. Kemudian ditekuk.
“Mbak suka gak sama barang lelaki yang gede panjang?” tanya Mia sambil tersenyum menatap ke arah Germen.
“Hmmmmm… Iya… Iya… Suka dong…” kata Germen menatap Mia.
Matanya melirik ke tangan Mia yang sedang mengocok dan meremas batang Penis Hendri. Batang Penis yang panjang, besar dan berurat-urat. Sekitar dua genggaman tangan Mia, pikirnya.
“Kalau yang kayak gini suka gak, Mbak?” tanya Mia sambil matanya mengisyaratkan agar Germen memegang Penis Hendri.
“Ah, kamu ada-ada aja… Ya aku suka banget…” kata Germen senyum-senyum sambil kembali mengubah posisi duduknya.
“Sini dong, Mbak…” ajak Mia.
Germen beringsut duduk semakin dekat ke arah Hendri. Kepala Penis Hendri terlihat begitu mengkilat dan kemerahan. Germen sungguh semakin terangsang sekarang. Meliat Germen yang sedang terdiam memperhatikan tangannya sedang mengocok dan meremas batang Penis Hendri, Mia tersenyum. Tangannya meraih tangan Germen, lalu ditariknya ke arah Penis Hendri. Germen diam menuruti kemauan Mia.
“Coba pegang, Mbak…” kata Mia.
Tangannya membimbing jari-jari Germen menggenggam Penis Hendri. Penis Hendri terasa hangat dan berdenyut di tangan Germen. Nafas Germen memburu. Ada desiran yang menuntun tangannya perlahan meremas Penis Hendri. Jari jempolnya spontan mengelus kepala Penis Hendri. Digosok-gosoknya cairan kental yang keluar membasahi kepala Penis Hendri yang besar membulat kemerahan itu. Sementara Mia melepaskan celana pendek Hendri keluar dari kedua kakinya. Hendri tersenyum sambil melirik ke arah Mia. Mia juga tersenyum lalu duduk mundur menjauh.
Tanpa diduga tangan Hendri meraih dagu Germen. Lalu dengan segera mengecup bibirnya dan melumatnya dengan hangat. Satu tangannya yang lain merengkuh pinggang Germen dan menariknya tiduran di sampingnya. Germen yang sudah terangsang gairahnya langsung berbaring dan membalas ciuman Hendri dengan hangat pula sambil tangannya mulai berani mengocok Penis Hendri. Tangan Hendri segera menyusup ke balik bawahan gaun terusan Germen. Disingkapkannya rok Germen sampai ke pinggul. Ditelusurinya paha Germen. Elusan tangannya segera menyelusup ke pangkal paha. Lalu jarinya diselipkan ke balik celana dalam Germen. Reflex Germen merenggangkan kedua pahanya dan mengangkat pantatnya. Memberi keleluasaan untuk tangan Hendri masuk ke selangkangannya. Belahan di sela pahanya terasa hangat.
“Ssssssshhhhh… Oooooohhh…” desah Germen pelan sambil menggelinjang ketika jari tangan Hendri menyusuri belahan Mekinya yang sudah sangat basah.
“Ooooooooooohhh…” desah Germen tambah keras ketika jari Hendri masuk lubang Mekinya.
Hendri menggesek-gesekkan jarinya ke dinding bagian atas di dalam Meki Germen. Pinggulnya digoyang-goyangkan karena nikmat. Lidah Hendri masuk lebih dalam ke rongga mulut Germen dan membelit menggesek-gesekkan ke dinding mulutnya. Dihisap dan dilumatnya bibir Germen.
Sementara Mia sengaja menjauhkan diri dari mereka. Mia mendapat suatu rangsangan yang amat sangat ketika melihat suaminya bercinta dengan wanita yang ia sukai. Mia tidak melakukan apapun hanya diam sambil melihat mereka bermesraan. Hanya nafas Mia yang terdengar memburu.
Ketika tangan Hendri mulai mencoba melepas pakaiannya, Germen tersentak sesaat. Dengan segera matanya menatap Mia. Tapi ketika dilihatnya Mia tersenyum sambil matanya mengisyaratkan agar Germen melanjutkan bercinta lagi. Germen sesaat terdiam. Tapi ketika tangan Hendri merangkul pinggulnya dan satu tangannya yang lain meremas buah dada Germen, Germen terpejam dan meremas tangan Hendri yang sedang meremas buah dadanya.
“Oooooohhh…” desah Germen seiring dengan jilatan dan pagutan Hendri di lehernya sambil tak lepas tangannya meremas buah dada Germen.
Sambil berbaring Hendri mengangkat pinggul Germen dan kedua kaki Germen diletakkan di pahanya. Lalu ia melepaskan celana dalam Germen. Sesaat Germen tampak canggung. Hendri bangun dan segera melepas bajunya. Hendri yang setengah berlutut begitu, Germen dapat melihat batang kejantanan yang keras, panjang dan besar di selangkangan Hendri berdiri mengacung dengan kepala Penis yang begitu bulat menantang untuk dimasukkan ke dalam belahan Mekinya yang sudah sangat basah. Perut Hendri yang ramping dan berotot sungguh merangsangnya.
Hendri menunduk dan mencium bibir Germen. Lalu kedua tangannya membukai kancing gaun Germen. Sambil mengangkat tubuh Germen agar bangun, bibir mereka terus berpagutan. Satu tangan Germen melingkari leher Hendri dan tangan yang lain kembali mengocok batang Penis Dciky dengan lebih cepat. Setelah melepas semua kancing dan kaitan gaun itu, dari kepala Germen, Hendri menariknya sehingga Germen sekarang telanjang bulat. Mata Germen terpejam sayu. Bibirnya terbuka. Ia tak memperdulikan Mia lagi. Ditariknya tangan Hendri sambil ia membaringkan tubuhnya ke belakang.
Kembali Hendri menunduk menindih tubuh telanjang Germen. Jilatan lidah Hendri pada puting buah dada Germen membuat Germen menggelinjang merasakan nikmat yang amat sangat. Ia juga merasakan sensasi yang sangat besar karena sedang bercumbu dengan seorang pria sambil diamati oleh wanita lain. Hendri menghisap putingnya dengan kuat, Germen meremas rambut Hendri dan membenamkan kepalanya di bulatan buah dadanya yang putih bersih itu. Buah dada Germen begitu kenyal dan besar. Dengan putingnya yang coklat kemerahan, Hendri begitu cepat terangsang untuk melumatnya lama-lama.
“Oooooohh… Ooooooooohh Hendri…” desah Germen ketika jilatan lidah Hendri turun ke perut lalu turun lagi menyusuri selangkangannya.
Pinggulnya bergoyang mengikuti desiran rasa nikmat itu. Mia tetap diam menyaksikan tubuh telanjang suaminya yang sedang bergumul mesra dengan Germen. Nafasnya makin memburu waktu melihat Hendri dan Germen berganti posisi.
Hendri berbaring dan Germen menindih tubuhnya dari atas sambil mengangkangkan pahanya tepat di mulat Hendri. Penis Hendri dihisap sambil dikocok oleh Germen dan Hendri menjilat serta mengemut bibir Meki Germen dengan buas.
“Ooooooohhhhh Hendri…” Germen berulang-ulang menjerit sambil menengadahkan kepalanya. Pantatnya ditekan ke bawah dalam-dalam. Membenamkan wajah Hendri di selangkangannya.
Tanpa terasa tangan Mia menyelusup ke dalam celana dalamnya. Lalu jarinya mulai menggosok-gosok belahan Mekinya sendiri. Mia sangat menikmati ketika Hendri mengangkat-angkat pantatnya memompa Penisnya ke dalam mulut Germen.
Saat Germen menghisap dengan kuat Penis Hendri, kontan Hendri mengerang kuat. Tak tahan dengan pemandangan itu, Mia segera melepaskan semua pakaiannya. Dengan duduk telanjang dan mengangkang, ia mengocok-ngocok Mekinya dengan jari sambil mengamati persetubuhan Hendri dengan Germen di dekatnya.
“Aaaaaarggghhhh… Germen…” teriaknya sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi.
Nafas Mia semakin memburu. Satu jarinya semakin cepat keluar masuk Mekinya sendiri ketika melihat Hendri dan Germen kembali berganti posisi.
Germen tetap di atas. Sambil mengangkangi pinggang Hendri, perlahan satu tangannya memasukkan batang Penis Hendri ke dalam belahan Mekinya. Sambil memeluk Germen agar terbaring di atas tubuhnya, ia mulai menyetubuhi Germen.
Satu tangannya memeluk punggung Germen dan tangan yang lain memeluk pinggul Germen. Desahan dan erangan mereka membuat gairah Mia bertambah naik.
“Ooooooooohh… Ssssssshh…” desis Germen ketika Hendri dengan cepat mengangkat-angkat pantat dan mengeluar masukkan Penisnya di Meki Germen dari bawah.
Lalu dikecup dan dihisapnya dengan kuat bibir Hendri. Matanya terpejam dan pinggulnya dimaju mundurkan dengan cepat pula. Tak tahan dengan gesekan batang Penis Hendri yang terasa penbuh di dalam belahan Mekinya, Germen menyusupkan wajahanya ke samping sambil menghisap kuat-kuat leher Hendri.
“Gimana rasanya, Mbak?” tanya Hendri sambil mengelus rambut Germen.
“Oooooooooohh… Enak bangeeeet, Hendri… Oooooohhh enak bangeeeet…” jawab Germen sambil meremas rambut Hendri. Sementara pinggulnya bergoyang mengikuti gerakan Hendri.
Setelah sekitar 15-an menit mereka bersetubuh disaksikan Mia, sampai akhirnya Germen memeluk tubuh Hendri kuat-kuat. Mekinya didesakkan ke Penis Hendri dalam-dalam. Gerakan pinggulnya makin cepat. Lalu tiba-tiba tubuhnya bergetar sambil mendesah panjang. Diremaskan dengan kuat rambut Hendri. Dihisapnya juga dengan kuat leher Hendri.
“Oooooooohh… Oooooooooooohh….” desah Germen terkulai lemas setelah mendapat orgasmenya yang pertama.
Sementara Hendri masih terus mengangkat-angkat pantatnya menggenjot Penisnya di Meki Germen dari bawah. Sambil mencium bibir Germen, dibalikkannya tubuh Germen. Lalu dengan berjongkok mengangkang, diletakkannya kedua paha Germen menimpa pahanya.
Hendri menunduk dan mencium kembali bibir Germen. Spontan Germen melingkarkan kedua kakinya di pinggang Hendri. Kedua tangannya menekan pantat Hendri kuat-kuat.
Sekarang Hendri dengan cepat lebih leluasa mengocok-ngocokkan batang Penisnya kembali ke dalam Meki Germen. Germen kembali mendesah dan menjerit-jerit saat batang Penis Hendri menyentuh ujung rahimnya.
“Ooooooohhhh… Oooooohhhh Hendri…” jeritnya ulang-ulang tanpa henti.
Terasa ngilu dan geli yang sangat merangsang Mekinya untuk kembali mengalami orgasme. Ditariknya Hendri ke arah tubuhnya sambil memeluknya dengan erat. Kedua kakinya turun menjepit kaki Hendri. Seakan-akan Germen tak ingin melepaskan Hendri sampai ia mencapai orgasmenya yang kedua. Ia juga memaju mundurkan pantatnya dari bawah. Gerakannya makin cepat ketika Hendri mengatakan ia akan keluar.
“Oooohhhh… Aku mau keluar Germen… Aku mau keluar Germen…” teriak Hendri ulang-ulang.
Germen dapat merasakan ada sesuatu yang mendesak nikmat akan keluar dari Penis Hendri. Batang Penis itu terasa semamin membesar di dalam Mekinya. Mekinya terasa semakin penuh oleh batang Penis Hendri yang lebih besar daripada Penis suaminya. Saat Hendri akan menarik Penis dari Mekinya, Germen menahan pantat Hendri.
“Di dalam aja… Ooooohhhh“ bisiknya pelan ke telinga Hendri.
“Aaaaaarggggghhhhh… Aku gak tahan…” tiba-tiba Hendri mendesah kuat.
“Aaaaaaaaaargghhhhhh… Aku keluaaaaaaar… Oooooohhhh… “ Hendri membenamkan batang Penisnya dalam-dalam ke Meki Germen.
Dipeluknya tubuh Germen dan dilumatnya bibir Germen dengan kuat. Tiba-tiba Germen yang merasakan sensasi kenikmatan yang dirasakan Hendri juga tak dapat menahan orgasmenya yang kedua.
“Ooooooooohhhhhh… Hendri… Oooooohhhhh… “ desahnya dengan kuat.
Ditekannya pantat Hendri ke bawah dan diangkat-angkat pantatnya ke atas. Ujung batang Penis Hendri mendesak rahimnya dengan kuat. Sungguh ngilu dan geli yang amat sangat sehingga ia tak dapat menahan kenikmatannya datang lagi. Sehingga pada saat sperma hangat Hendri menyembur ke dalam rahimnya, kontan Germen tak dapat menahan orgasmenya yang kedua. Berdua mereka berbarengan keluar.
Tubuh Hendri lemas terkulai di atas tubuh telanjang Germen. Tapi batang Penisnya masih tetap mengeras di dalam Meki Germen.
“Penisku masih keras. Sekarang kamu ya sayang?” tanyanya kepada Mia. Mia yang melihat mereka sedang terkulai bertindihan lemas segera beringsut menghampiri. Diusapnya pantat Hendri. Pakaiannya sudah dari tadi ia lepaskan.
“Masih kuat, sayang?” bisik Mia ke telinga Hendri.
Hendri segera mencabut Penisnya dari Meki Germen lalu bangkit berjongkok. Batang Penisnya memang masih keras berdiri walau ia sendiri sudah mengalami orgasme barusan. Germen duduk sambil tersenyum memperhatikan mereka berdua.
“Aku masih kuat, sayang…” kata Hendri lalu berbaring dan menarik tangan Mia.
Diciumnya bibir Mia. Mia segera menaiki tubuh Hendri. Ia duduk mengangkangi selangkangan Hendri. Sambil memeluk pinggangnya, Hendri menggesek-gesekkan batang Penisnya ke belahan Meki Mia. Lalu Mia menekan pantatnya membenamkan batang Penis Hendri ke dalam Mekinya.
“Oooooohhh sayaaaang…” desah Mia dengan kuat.
Ditengadahkannya wajah dengan mata terpejam. Sambil menunduk mencium bibir Hendri, diangkat-angkatnya pantat mengocok batang Penis Hendri dengan cepat. Tiba-tiba ia teringat Germen.
“Gimana, Mbak? Enak?” tanya Mia kepada Germen sambil tersenyum. Germen tersenyum. Lalu sambil duduk ia berpakaian.
“Aku bisa ketagihan, lho…” kata Germen.
“Penis Hendri enak banget…” lanjutnya sambil tersenyum manis ke arah Hendri.
“Kapan saja Mbak pengen, datang aja ke sini…” kata Mia tersenyum pula.
“Makasih, Mia. Aku pulang dulu ya,” kata Germen sambil mengecup pipi Mia yang sedang bersetubuh dengan Hendri. Diciumnya juga bibir Hendri.
Mia menggangguk. Sesaat mereka terdiam sambil melihat Germen menutup pintu.
Sampai saat ini, sudah berpuluh kali Germen bersetubuh dengan Hendri di depan mata Mia. Mia bukan biseks. Mia hanya merasakan suatu gairah dan rangsangan yang sangat kuat ketika melihat suaminya menyetubuhi wanita lain yang disukai Mia sendiri. Dan menurut Mia juga, sampai detik ini mereka tidak pernah main bertiga. Hendri selalu bersetubuh hanya berdua dengan Germen.
Cerita Dewasa Maya Yang Suka Ketika Ku Perawani
Sementara Mia juga selalu hanya bersetubuh berdua denganku. Tidak pernah bertiga dengan Hendri. Hal ini yang membuat suasana hidup Mia menjadi berwarna cerah.
0 komentar